Sabtu, 28 Februari 2015

Langit Biru



Sebelumnya, ada sedikit cerita tentang asal-usul dibuatnya cerpen ini. Sebenarnya ini adalah cerpen 'gagal' yang tidak terpilih oleh tim nulisbuku.com pada event Kasih Tak Sampai. Biar ni cerpen gatot, alias gagal total, jangan dikira gak ada perjuangannya loh. Gara-gara nih cerpen, aku bahkan konsultasi sama orang yang bersangkutan a.k.a pemeran Ardi dalam cerpen ini, Wkwkwkwk. Nekad? Yap! Paling gak aku mau tau dia setuju gak, ternyata dia gak protes apa-apa dan fine aja, malah ngasih beberapa masukan. Gak tau malu kali ya akunya, hehehe. Biar gak lolos, tapi aku tetap bangga, why? karena berkat adanya event dari nulisbuku.com itu, aku jadi nyeritain dalam bentuk tulisan kisah yang sulit terdefinisikan ini. Oke, jangan kepanjangan. Selamat membaca keanehan dari kisahku. ^^


 Langit Biru
Oleh : Covi Kim a.k.a Evilia D

Rabu, 25 Februari 2015

Pupus

Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Pupus
Oleh : Evilia Damayanti

Aku mengerti bahwa seiring waktu berjalan semua hal tidak akan sama seperti dulu. Sekarang berbeda. Kulihat warnamu memudar, sikapmu tidak seperti dulu. Selama ini aku menahan segalanya. Cinta, rindu, kesal, lelah, bahkan marah padamu, aku berusaha memendam semua sendirian.

Malam ini aku mulai lelah. Kau ada di mana? Kau sedang apa? Ingatkah kau padaku yang sendiri merindukanmu di tempat ini?

Sudah bulat tekadku untuk menanyakan hal itu sekarang. Kuharap jawaban yang kudapatkan tidak akan mengecewakanku.

“Hallo, ini siapa?”

Suara lembut namun menyayat itu membuat lidahku kelu seketika. Rentetan pertanyaan yang ingin kutanyakan padamu seketika hilang pudar tak mampu terucap setelah kudengar suara wanita itu.

“Siapa sayang?” Tanyamu pada wanita yang mungkin kekasihmu itu.

“Tidak tahu, tidak ada jawaban lagi.”

Kumatikan langsung. Dan sekarang aku paham. Ternyata ada alasan yang sangat kuat darimu untuk tidak menemuiku lagi, untuk tidak mengabariku, dan tentu untuk tidak merindukanku. Kau menghabiskan hari-harimu dengan cinta yang baru. Dan sekarang aku tahu, rindu ini hanya milikku, cinta ini hanya milikku karena kau sudah tak memilikinya.

Lagu Untukmu



Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku


Lagu Untukmu
Oleh : Evilia D
 
Malam minggu ini hujan turun deras sekali, hal itu membuat seorang gadis manis murung sendiri di kamarnya. Kedua matanya menatap hujan di luar sana dari balik jendela kaca kamarnya yang berada di lantai dua itu.

“Ayah tidak mengijinkanku keluar malam ini, Za. Hujan deras sekali.”

“Kalau begitu aku yang ke rumahmu saja ya? Kita tidak perlu bertemu di tempat biasa.”

“Kamu ke rumahku? Jangan, kamu tahu ‘kan ayah tidak tahu hubungan kita.”

“Baiklah, kalau begitu kamu cukup diam di kamar, nanti beberapa menit lagi aku hubungi kamu.”

Reza menutup telepon. Ada nada kecewa pada wajah Stela yang masih ingin berbicara dengan kekasihnya itu. Paling tidak, meski acara malam minggu itu batal, ia berharap masih bisa mengobrol dengan pria yang sangat dirindukannya.

Stela masih menatap ke arah hujan di luar sana, kini ia berdiri semakin mendekati jendela kamarnya yang menghadap jalan.

Handphone berwarna putih miliknya tiba-tiba bergetar. Reza! Ya, itu telepon dari Reza lagi. Dengan wajah berseri Stela menjawabnya.

“La, coba lihat ke luar dari jendelamu. Lihat ke jalan sayang.”

Stela yang langsung paham menuruti perkataan Reza. Stela melengkungkan senyum manisnya saat ia menatap ke arah jalan dari jendela kamarnya. Tak terbendung rasa bahagianya mendapat pemandangan seindah itu.

“Kau mau aku menyanyi?”

Stela mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan dari Reza. Reza memasukan Handphone miliknya ke dalam saku, gitar yang sedari tadi dibawanya sudah siap ia mainkan. Di kursi panjang pinggir jalan yang di atasnya terdapat naungan itu Reza mulai memetik gitar dan menyanyikan sebuah lagu untuk Stela, kekasihnya.

'Cause there's somethin' in the way you look at me

It's as if my heart knows

You're the missing piece

You make me believe

That there's nothing in this world I can't be

I never know what you see

But there's somethin' in the way you look at me

"Terimakasih, Za."

Rabu, 18 Februari 2015

Terus Mencintaimu, Aku Gila Tanpamu



Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari Tiket.com dan nulisbuku.com #TiketBaliGratis

Terus Mencintaimu, Aku Gila Tanpamu
Oleh : Evilia Damayanti

“Ini yang terbaik untuk kita. Aku yakin kau mampu hidup tanpaku.”

Heru menahan sesak yang mendadak menyerang dadanya. Sakit terasa saat Luna memutuskan untuk meninggalkannya.

“Aku bisa gila. Apa kebersamaan kita selama ini tidak ada artinya?” Kata Heru.

“Kau akan baik-baik saja. Cari wanita lain dan berbahagialah. aku juga akan bahagia dengan pria pilihan ayahku.”

“Aku akan terus mencintaimu Luna, bahkan hingga seribu tahun lamanya.”

Luna berpaling, ia tak peduli lagi. Gadis itu benar-benar menuruti keinginan ayahnya untuk menikah dengan Andri, seorang dokter yang bermasa depan cerah.

Tidak ada yang dapat Heru lakukan. Cintanya kini benar-benar pergi, meninggalkannya yang memiliki rasa cinta paling menggebu dan luar biasa pada gadis itu. Kejam? Ya, ini terlalu kejam bagi Heru.

**

Ini sudah tiga tahun sejak perpisahan itu. Luna tengah menggendong seorang anak manis berusia dua tahun. Ya, anak itu adalah buah pernikahan Luna dan Andri.

Saat Luna sedang asik menimang-nimang anaknya, tiba-tiba seseorang datang menari-nari di hadapannya. orang itu berpakaian kumal, rambut gimbal tak terurus, bahkan kotoran daki terlihat tebal pada permukaan kulit orang itu. Bukannya takut, Luna justru menangis seketika, ada sesuatu yang menghujam jantungnya saat itu. Dengan suara berat Luna berusaha membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu.

“Heru....”


-- END --

Kau Bukan Untukku


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari Tiket.com dan nulisbuku.com #TiketBaliGratis.


Kau Bukan Untukku
Oleh : Evilia Damayanti 

Seorang pria tengah duduk di sebuah kafe ternama di Jakarta, pria itu terlihat sedang bertelepon dengan seseorang. 

“Orang tuaku menyuruhku kuliah S2 ke Jepang dan melarangku berhubungan dengan wanita manapun. Maafkan aku Vit.” Ucap pria itu lalu mematikan ponselnya saat seseorang yang sedari tadi ia tunggu sedang berjalan ke arahnya.

“Siapa Al?” Tanya Arin yang langsung duduk di hadapan Aldi, Aldi yang sudah tiga bulan ini menjadi kekasihnya.

“Bukan siapa-siapa. Oh iya, mana kakakmu? Katanya kau ingin mengenalkannya padaku.”

“Dia tadi ke toilet, sebentar lagi juga menyusul,” jawab Arin. “Itu dia, kakakku.” Arin langsung menghampiri kakaknya kemudian menggandengnya menuju ke arah Aldi.

“Kenalkan Al, ini Vita. Dia kakakku.” Arin mengulurkan tangan Vita pada Aldi, pria yang kini sangat terkejut.

“Kak, ini Aldi, pacarku.” Lanjut Arin tanpa tahu apa-apa.

Vita menarik kembali tangannya saat Aldi ingin membalas uluran tangan itu. Vita tidak ada niat untuk menutupi semuanya.

“Jadi ini pacarmu de. Kakak juga ingin memperkenalkan pacar kakak.”

“Hah, benar kak?” Tanya Arin lugu.

“Vit,” Aldi panik.

“Kenalkan de, ini Wira atau lengkapnya Aldi Wira Atmaja, pacar kakak yang sudah tiga bulan ini berubah.”

“Jadi...”

Rasa kecewa pada Aldi dan rasa bersalah pada kakaknya nampak pada wajah Arin yang langsung beranjak dari tempat itu.

“Jadi aku adalah wanita yang merusak hubungan kakak dan pacarnya. Ternyata Wira dan Aldi itu adalah orang yang sama.”

“Arin, tunggu!”

Vita berdiri mematung menyaksikan Aldi yang terlihat berusaha memberikan penjelasan pada Arin dengan sekuat tenaga. Vita mengerti, Aldi lebih mencintai Arin. Vita bukan satu-satunya untuk Aldi.



-- END --