Rabu, 01 April 2015

#FF2in1 : Menantikanmu

Tema 1


 Menantikanmu
Oleh : Evilia Damayanti

***

Sepuluh tahun. Waktu yang banyak orang anggap sudah lebih dari cukup untuk melupakan sebuah kisah masa lalu, waktu yang akan mampu menggilas berbagai kenangan yang dulu pernah terasa sangat indah. Tapi tidak semua orang di belahan dunia ini berpendapat sama. Aku, aku adalah salah satu orang yang tidak memiliki kekuatan untuk menghapus semua kenangan yang telah banyak diukir oleh seorang bocah laki-laki itu sepuluh tahun yang lalu.

Aku begitu mengagumi anak itu, melihat senyum gusi merah muda yang selalu terarah padaku dibarengi dengan lengkung bibirnya yang membentuk bulan sabit saat tersenyum padaku.

“Suatu saat nanti, aku akan menjadikanmu sebagai isteri setelah aku pulang dari Malaysia. Saat aku kembali, kita akan bermain bersama lagi di tempat ini. Tidak lama kok, aku hanya pergi sepuluh tahun.”

Kalimat itu yang sempat ia ucapkan padaku di masa lalu, dan selama bertahun-tahun aku terus mengingatnya bahkan sampai sekarang, pada usiaku yang sudah 20 tahun. Dan hari ini adalah tepat sepuluh tahun aku dan anak itu berpisah karena ia harus pindah ke Malaysia bersama orang tuanya yang mendapat tugas kerja di sana.

Aku datang ke tempat ini, sebuah taman yang menjadi tempat terakhir kami bertemu sepuluh tahun yang lalu. Tidak terlalu banyak perbedaan yang terjadi, hanya beberapa tempat bermain yang sudah direnovasi. Aku datang dengan harapan anak itu memenuhi janjinya untuk kembali ke Indonesia hari ini, tepat sepuluh tahun setelah kepergiannya dari negeri ini.

Aku yang sedang duduk berbinar saat kedua mataku menangkap sebuah objek yang sangat menarik. Aku mengenalinya meski sudah berpisah cukup lama karena aku mendapat foto terbarunya dari tetanggaku yang masih memiliki hubungan darah dengannya. Aku yakin orang itu pasti dia, Andre, orang yang selama ini kunantikan.

“Andre,” sapaku sambil tersenyum. “Kamu Andre?”

“Maaf, kamu siapa?” Andre bertanya padaku sambil mengerutkan keningnya.

“Aku Via, temanmu,” jawabku. Kulihat Andre seperti berusaha mengingatku. “Aku Via yang berpisah denganmu di tempat ini, kau lupa?”

Andre terus menatapku, “Via? Via puteri Paman Herman?”

“Iya, aku Via.” Kataku antusias.

Aku dan Andre berjabat tangan, saling menanyakan kabar dan banyak hal lainnya. Hingga seseorang menghampiri kami, seorang wanita seumuran kami dengan menggendong seorang balita umur sekitar dua tahun, yang terlihat akrab dengan Andre.

“Ayah, kenapa ada di sini, ayo pulang.” Kata wanita itu ramah pada Andre.

“Ayah?”

“Oh iya, kenalkan. Ini isteriku dan ini anak kami, aku lupa memberitahumu karena terlalu bersemangat. Aku menikah muda, Vi.”

Bagai tersambar petir, pria yang selama ini kutunggu datang dengan kabar yang benar-benar membuatku terhempas. Andre, padahal aku selalu bertahan untuk mencintainya, aku selalu menunggunya di sini. Tapi, kurasa ini adalah penantian yang sia-sia. Saat ini, kuharap dia bahagia.



Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku

7 komentar:

  1. kampret moment itu yang kayak begini.. -_-
    di saat si cewek udh nungguin si cowok bertahun-tahun, eh tiba2 dgn watadosnya si cowok datang bawa anak ama isterinya..
    sabar ya vi.. :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya cwek jmn skrng hrus pinter2, jd jngn nunggu tanpa kpstian. mungkin bagi cwe janji di masa kcil itu sngt berharga tp blm tntu bagi cwo itu adalh hal spesia, bsa aja tu cm omongan anak kcil yg ga berarti bhkn ga ngrti sm sekali sm apa yg diomongin, buktinya kyk si andre, dia dtng k taman bukan karena janji sm via tp kbtulan aja di pulang k indo trs ajak anak istri jaln2 dan ga sngaja ktmu tu cewe malang -.- jngnkan ingt janji , ingt nama VIA aja dia mikir2 dulu da udh lupa , da aku mah apa atuhhh ... :(

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. hooh.. namanya aja kagak ingat. dasar cowok ya. eh, tp kan dia masih kecil waktu janji.. hehehe
    yaudah via, masih banyak cowok lain.. life must go on, right? ;)

    BalasHapus