Senin, 04 Mei 2015

Peringkat 1 Cerpen Unik : White Handphone



White Handphone
Karya : Abdul Mugni

***
Aku adalah benda mati yang bernama handphone. Aku berwarna putih dan sering digunakan untuk menghubungi orang lain dari jarak jauh. Aku tinggal di sebuah toko yang banyak sekali dihuni oleh handphone-handphone lain sepertiku. Suatu ketika, aku dibeli oleh seorang anak bernama Kurniawan, banyak orang memanggilnya dengan sebutan Kurni. Dia adalah anak yang rajin, terutama dalam hal belajar dan beribadah.

Aku senang sekali dibeli oleh Kurni. Kurni sangat menyayangiku, dia menjagaku dan merawatku. Aku selalu dibawa olehnya kemanapun. Dan yang membuatku paling senang adalah saat dia menggunakanku untuk menelepon ibunya yang ada di luar negeri. Aku bisa melihat Kurni tersenyum lebih manis dari biasanya. Ya, itu semua karena Kurni sangat bahagia saat mendengar suara ibu yang sudah pasti sangat dirindukannya. Karena ada aku, meski jarak mereka sangat jauh, mereka bisa kapan saja saling bicara.


“Kapan ibu pulang? Aku kangen ibu.” Kata Kurni dengan nada manja.

“Sabar sayang, ibu akan pulang kalau sudah dapat banyak uang.” Jawab ibunya dengan lembut. Meski begitu, aku masih bisa mendengar ada nada sedih yang terkandung di dalam kata-katanya. Bagaimana tidak? Sudah setahun ini beliau tidak bisa melihat berkembangan anaknya secara langsung.

“Aku akan sabar, Bu. Dan terimakasih telah mengirim uang untuk membeli handphone ini, aku senang sekali, handphone ini bagus dan canggih.”

“Tapi kamu harus ingat, jangan lupa belajar!”

“Iya, aku selalu belajar kok, Bu.”

Begitulah salah satu percakapan yang sering kudengar dari mereka. Aku bahagia sekali dan merasa aku sangat berguna bagi manusia, khususnya bagi pemilikku, Kurniawan.

Hari berganti hari dan kesedihan mulai menyergapku. Kurni memang masih selalu menghubungi ibunya dan senyum itu masih selalu kulihat saat dia bicara dengan ibunya. Tetapi, Kurni mulai sering memasang berbagai game pada tubuhku dan selalu memainkannya setiap hari, siang dan malam sampai dia lupa waktu dan mengabaikan nasihat ibunya untuk rutin belajar.

Kurni membuatku sangat kelelahan hingga tubuhku selalu panas karena membuatku bekerja keras siang dan malam, dia sudah menjadi seorang gamer yang lupa daratan, aku kecewa pada pemilikku itu.
Enam bulan sudah berlalu sejak aku dibeli oleh Kurni. Lambat laun aku mulai melemah, aku drop dan mungkin tidak akan sanggup lagi menemani keseharian Kurni.

“Ayolah, kamu tidak boleh rusak! Kalau kamu rusak aku tidak bisa menghubungi ibuku sesuka hati lagi. Ibu sudah tahu aku sering main game dan pasti tidak akan mau membelikan handphone lagi kalau kamu rusak.” Ucap Kurni padaku.

Layarku sudah buram, aku sering ngadat, dan saat aku sangat kesakitan seperti itu Kurni tak segan untuk menepuk-nepuk tubuhku dengan kedua tangannya. Aku tidak sanggup, maafkan aku pemilikku karena aku akan pergi sekarang. Aku harap pemilikku ini menyesal dengan perbuatannya karena telah menyalahgunakanku, telah menggunakanku untuk membuatnya semakin bodoh karena malas belajar dan lebih memilih untuk memainkan game pada tubuhku.

“Maafkan aku, kalau aku tahu kamu tidak akan awet, aku tidak akan sering menggunakanmu bermain game. Hiduplah, hidup lagi kumohon!” Kurni terisak menangisi kepergianku.

Selamat tinggal Kurni, aku tidak mungkin hidup lagi. Aku harap kamu menyesal dan semoga kamu cepat mendapatkan penggantiku dan tidak menggunakan penggantiku itu dengan hal-hal yang akan merugikanmu. Sekali-kali boleh bermain game, asal jangan sampai lupa dengan berbagai kewajiban!


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar