Anak Domba Mencari Ibu Domba
***
Ada
seekor anak domba yang sedang mencari ibunya. Anak domba itu berjalan menyusuri
jalan setapak sendirian, dalam hati dia bertekad ingin segera menemukan ibunya.
Sambil terus berjalan, anak domba itu menangis tersedu sehingga mengundang
banyak perhatian hewan-hewan yang melihatnya.
“Kenapa
kamu menangis?” tanya seekor burung kecil yang merasa kasihan pada anak domba
yang terus menangis itu.
“Aku
sedang mencari ibuku, ibuku tiba-tiba saja menghilang.” Jawab anak domba sambil
berusaha mengusap air mata yang membasahi wajahnya.
Burung
kecil itu memasang wajah kasihan pada anak domba, dan dia menawarkan diri untuk
membantu anak domba itu mencari ibu domba dan mereka pun mencari ibu domba
bersama-sama.
Hal
yang tidak terduga tiba-tiba saja terjadi, anak domba dan burung yang sudah
berjalan dengan sangat kelelahan itu bertemu dengan seekor burung elang yang
tampan. Wajah tampan burung elang itu terlihat murung, kedua matanya yang tajam
menatap burung kecil yang ada di kepala anak domba itu.
“Ada
apa? Kenapa kamu sedih begitu?” burung kecil yang belum lama ini menjadi teman
anak domba itu terbang dan mendekati Sang Elang.
“Ibumu...”
“Ibuku?
Kenapa ibuku, Elang?” burung kecil itu penasaran sekali.
“Ibumu
sudah tidak bernyawa lagi, aku menemukannya di dalam sarang saat aku ingin
meminta makanan buatan ibumu. Tapi, dia sudah meninggal.”
“Apa??”
Burung
kecil itu langsung terbang secepat yang dia bisa, dia ingin segera berada di
sisi jasad ibu tersayangnya.
Anak
domba yang masih tertegun di hadapan Elang pun langsung menjatuhkan air mata.
Ada perasaan sedih dan takut yang tiba-tiba saja menyergap dadanya.
“Kamu
kenapa, Domba? Apa kamu mengenal ibu dari burung itu sampai kamu ikut
bersedih?” tanya Elang penasaran.
“Aku
tidak mengenal ibu dari burung kecil itu, aku sedang mencari ibuku bersama
burung kecil itu dan setelah mendengar kabar darimu tadi, aku jadi takut.” Kata
anak domba sambil menunduk.
“Takut
kenapa, Domba?” tanya Elang lagi.
“Aku
takut ibuku juga sudah...”
“Jangan
dulu berpikiran buruk!” kata Elang memotong ucapan domba kecil itu yang
menurutnya tidak baik untuk diucapkan. “Aku akan membantumu mencari ibumu!”
“Benarkah,
Elang?” Domba merasa senang karena Sang Elang yang tampan dan gagah itu akan
membantunya.
“Tentu
saja. Kita pasti bisa menemukan ibumu, aku ahli dalam hal pelacakan.” Jawab
Elang membanggakan diri.
Domba
kecil kini ditemani Elang, sepanjang perjalanan tak henti-hentinya dia
memerhatikan Elang yang berwajah serius itu mengendus seperti seekor anjing
pelacak.
“Hai
Zebra, kemarilah!” ucap Elang tiba-tiba saat bertemu dengan seekor zebra.
“Ada
apa, Elang?”
“Kenapa
badanmu bau domba?” tanya Elang menyelidik.
“Oh
jadi aku ketularan bau domba tadi...”
“Bau
domba?” anak domba terkejut lantas langsung mendekatkan jaraknya dengan Sang
Zebra.
“Domba
kecil, kamu pasti sangat lelah mencari ibumu?”
“Ibuku?
Kamu tahu, Zebra?”
“Ya,
aku tahu, ibumu sudah ada di rumahmu. Dia sedang menunggumu.”
“Baiklah,
terimakasih Zebra.” Kata Domba kecil itu.
“Apa
aku perlu mengantarmu kembali ke rumah, Domba?” tanya Elang.
“Terimakasih
Elang atas kebaikanmu, aku bisa pulang sendiri. Aku akan menemuimu lagi dan
burung kecil tadi untuk menghiburnya. Sekarang aku akan menemui ibuku dulu.”
Domba berucap sambil terus berlari menjauh.
Tak
lama kemudian, dia sampai di rumah dan tentu saja mendapati ibunya sedang
menyiapkan banyak sekali makanan.
“Ibu...”
Kata anak domba lalu berhambur memeluk ibunya.
“Ibu
kemana saja? Aku lelah sekali mencarimu. Maafkan aku ibu, aku tidak akan
mengabaikan nasihatmu lagi, aku janji, aku akan selalu dekat dengan ibu saat
kita sedang mencari makanan. Aku tidak ingin kehilangan ibu lagi.”
“Baguslah
kamu mengerti, Nak. Sebenarnya ibu sengaja agar kamu menjadi anak yang baik.
Burung kecil dan Elang tadi itu adalah suruhan ibu untuk memberimu suatu
pelajaran berharga.”
“Apa?
Mereka itu? Bagaimana dengan kematian ibu dari burung kecil tadi?”
“Ibu
burung kecil itu sudah lama meninggal saat beliau mengeluarkan telur yang
berisi burung kecil tadi.”
“Ibu,
jangan seperti itu lagi. Aku benar-benar takut. Maafkan aku ibu.”
“Ibu
tidak akan begitu lagi asal kamu mau berjanji. Kamu harus menjadi anak yang
baik dan mau mendengarkan nasihat ibu.”
“Aku
janji, Ibu.” Jawab anak domba itu.
Akhirnya mereka berdua saling berpelukan dan sejak saat itu anak domba menjadi anak yang baik dan menuruti nasihat ibunya. Dia telah sadar bahwa dia harus benar-benar sayang pada ibunya selagi ibunya masih hidup di dunia ini.
***

Tidak ada komentar:
Posting Komentar