Senin, 04 Mei 2015

Peringkat 3 Cerpen Unik : Anak Domba Mencari Ibu Domba



Anak Domba Mencari Ibu Domba
Karya : Reza Fahlevi


***
Ada seekor anak domba yang sedang mencari ibunya. Anak domba itu berjalan menyusuri jalan setapak sendirian, dalam hati dia bertekad ingin segera menemukan ibunya. Sambil terus berjalan, anak domba itu menangis tersedu sehingga mengundang banyak perhatian hewan-hewan yang melihatnya.

“Kenapa kamu menangis?” tanya seekor burung kecil yang merasa kasihan pada anak domba yang terus menangis itu.

“Aku sedang mencari ibuku, ibuku tiba-tiba saja menghilang.” Jawab anak domba sambil berusaha mengusap air mata yang membasahi wajahnya.


Burung kecil itu memasang wajah kasihan pada anak domba, dan dia menawarkan diri untuk membantu anak domba itu mencari ibu domba dan mereka pun mencari ibu domba bersama-sama.
Hal yang tidak terduga tiba-tiba saja terjadi, anak domba dan burung yang sudah berjalan dengan sangat kelelahan itu bertemu dengan seekor burung elang yang tampan. Wajah tampan burung elang itu terlihat murung, kedua matanya yang tajam menatap burung kecil yang ada di kepala anak domba itu.

“Ada apa? Kenapa kamu sedih begitu?” burung kecil yang belum lama ini menjadi teman anak domba itu terbang dan mendekati Sang Elang.

“Ibumu...”

“Ibuku? Kenapa ibuku, Elang?” burung kecil itu penasaran sekali.

“Ibumu sudah tidak bernyawa lagi, aku menemukannya di dalam sarang saat aku ingin meminta makanan buatan ibumu. Tapi, dia sudah meninggal.”

“Apa??”

Burung kecil itu langsung terbang secepat yang dia bisa, dia ingin segera berada di sisi jasad ibu tersayangnya.

Anak domba yang masih tertegun di hadapan Elang pun langsung menjatuhkan air mata. Ada perasaan sedih dan takut yang tiba-tiba saja menyergap dadanya.

“Kamu kenapa, Domba? Apa kamu mengenal ibu dari burung itu sampai kamu ikut bersedih?” tanya Elang penasaran.

“Aku tidak mengenal ibu dari burung kecil itu, aku sedang mencari ibuku bersama burung kecil itu dan setelah mendengar kabar darimu tadi, aku jadi takut.” Kata anak domba sambil menunduk.

“Takut kenapa, Domba?” tanya Elang lagi.

“Aku takut ibuku juga sudah...”

“Jangan dulu berpikiran buruk!” kata Elang memotong ucapan domba kecil itu yang menurutnya tidak baik untuk diucapkan. “Aku akan membantumu mencari ibumu!”

“Benarkah, Elang?” Domba merasa senang karena Sang Elang yang tampan dan gagah itu akan membantunya.

“Tentu saja. Kita pasti bisa menemukan ibumu, aku ahli dalam hal pelacakan.” Jawab Elang membanggakan diri.

Domba kecil kini ditemani Elang, sepanjang perjalanan tak henti-hentinya dia memerhatikan Elang yang berwajah serius itu mengendus seperti seekor anjing pelacak.

“Hai Zebra, kemarilah!” ucap Elang tiba-tiba saat bertemu dengan seekor zebra.

“Ada apa, Elang?”

“Kenapa badanmu bau domba?” tanya Elang menyelidik.

“Oh jadi aku ketularan bau domba tadi...”

“Bau domba?” anak domba terkejut lantas langsung mendekatkan jaraknya dengan Sang Zebra.

“Domba kecil, kamu pasti sangat lelah mencari ibumu?”

“Ibuku? Kamu tahu, Zebra?”

“Ya, aku tahu, ibumu sudah ada di rumahmu. Dia sedang menunggumu.”

“Baiklah, terimakasih Zebra.” Kata Domba kecil itu.

“Apa aku perlu mengantarmu kembali ke rumah, Domba?” tanya Elang.

“Terimakasih Elang atas kebaikanmu, aku bisa pulang sendiri. Aku akan menemuimu lagi dan burung kecil tadi untuk menghiburnya. Sekarang aku akan menemui ibuku dulu.” Domba berucap sambil terus berlari menjauh.

Tak lama kemudian, dia sampai di rumah dan tentu saja mendapati ibunya sedang menyiapkan banyak sekali makanan.

“Ibu...” Kata anak domba lalu berhambur memeluk ibunya.

“Ibu kemana saja? Aku lelah sekali mencarimu. Maafkan aku ibu, aku tidak akan mengabaikan nasihatmu lagi, aku janji, aku akan selalu dekat dengan ibu saat kita sedang mencari makanan. Aku tidak ingin kehilangan ibu lagi.”

“Baguslah kamu mengerti, Nak. Sebenarnya ibu sengaja agar kamu menjadi anak yang baik. Burung kecil dan Elang tadi itu adalah suruhan ibu untuk memberimu suatu pelajaran berharga.”

“Apa? Mereka itu? Bagaimana dengan kematian ibu dari burung kecil tadi?”

“Ibu burung kecil itu sudah lama meninggal saat beliau mengeluarkan telur yang berisi burung kecil tadi.”

“Ibu, jangan seperti itu lagi. Aku benar-benar takut. Maafkan aku ibu.”

“Ibu tidak akan begitu lagi asal kamu mau berjanji. Kamu harus menjadi anak yang baik dan mau mendengarkan nasihat ibu.”

“Aku janji, Ibu.” Jawab anak domba itu.

Akhirnya mereka berdua saling berpelukan dan sejak saat itu anak domba menjadi anak yang baik dan menuruti nasihat ibunya. Dia telah sadar bahwa dia harus benar-benar sayang pada ibunya selagi ibunya masih hidup di dunia ini.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar